Selasa, 13 November 2012

Malam Dua Puluh Tiga


           Di malam 23 ini, kuteringat kembali suatu baris lagu “Malam Kudus” yang 3 tahun lalu kunyanyikan di Gereja.  “Malam Kudus, sunyi senyap, semesta t’lah lelap” tapi hari ini aku duduk di samping Mesjid. Aku berfikir ternyata lagu Malam Kudus sama dengan peristiwa Malam Lailatul Qodar dimana seisi dunia terlelap, semesta seakan disihir untuk diam. Saat aku melamun di Serambi Mesjid, aku kaget ada seseorang memegang pundakku. Aku  menoleh ke orang tersebut dan beliau memberikan tangannya untuk berjabatan tangan, kemudian aku menyambut tangannya yang dingin tersebut.
"Mas... sholat malamnya mulai pukul berapa?"
"Pukul 9 malam pak"

      Kemudian kita berbincang-bincang dengan Beliau. Wajahnya masih muda dan bersih. aku tak mengenalnya namun aku merasa begitu dekat dengannya.
"Mas... sebenarnya saya kaget. Kagetnya itu kok pas bulan ramadhan ada acara sholat malam berjamaah. Jarang-jarang lho" kata beliau sambil duduk disebelahku.
"Sebenarnya acara ini berlangsung selama 1 bulan tetapi tempatnya berbeda-beda. Kemarin acaranya di depan Polres" jawabku
"Iya... Kemarin ada acara, tapi saya gak bisa ikut. Pengen sekali ikut acara beginian tapi baru kesampaian sekarang".
Aku hanya tersenyum melihat beliau berbicara dengan logat khas daerah Jawa Tengah.
"Acara beginian penting lho mas, saat kita berzikir. hati rasanya tentrem seperti disiram oleh dzikir. Sering-sering ikut jamaah ya mas. sebab hanya lewat acara ini kita bisa menata hati kita. Kita tahu sendiri kalau kita ikut jamaah berarti ikut ulama. Ulama sendiri dekat dengan Kanjeng Nabi Muhammad dan tentunya kita insyaAllah dekat dengan Nabi Muhammad"
"Iya pak..." perkataannya begitu mengena dihatiku, beliau tahu apa masalahku sebab sudah lama aku tidak ikut jamaah dan berzikir bersama-sama.

"Mas... coba kamu  lihat di jalan raya tersebut, banyak orang mondar-mandir kesana kemari. Tahu mereka nyari apa?" tanyanya.
"Gak tahu pak" bingungku
"Mereka nyari duit. Mondar-mandir kesana dapat uang terus beli makanan, masuk ke perut jadi telekdan masuk ke WC. Lari lagi kesana dapat uang terus beli kebutuhan hidup, kalau rusak ya jadi kotoran dan dibuang ke tong sampah. Kalau orang nyari duniawi terakhir jadi kotoran dan dibuang ke tong sampah."
Perkataannya kembali mengenai hatiku. Aku berpikir sejenak, aku kuliah lari kesana lari kesini niatnya nyari nilai. Nilai masuk ke ijazah terus kerja dapat uang dan beli makanan lalu jadi kotoran. Aku tersenyum dan bersyukur masih diingatkan oleh Allah melalui orang ini.

      "Coba kalau mereka sebelum keluar rumah niat lillahita'ala, pasti setiap perjalanannya diridhoi oleh Allah. Kita kerja karena Allah ta'ala, kita membantu orang lain karena Allah ta'ala, semua yang kita lakukan karena Allah ta'ala pasti kita tidak mendapat kotoran tapi malah mendapat rahmat dan hidayah dari Allah sampai mati kelak" tambah dia.

      Malam 23 ini benar-benar malam yang membekas dihatiku, bertemu dengan seseorang yang tidak kukenal tapi beliau memberikan nasehat-nasehat yang berharga buatku.
Kemudian Beliau melanjutkan kembali.
“Allah SWT itu Maha Pengasih, orang kafir  yang tidak beriman dan bertaqwa kepada Allah, masih diberi rezeki olehNya. Apalagi kita yang memeluk agama yang Islam dibawa oleh Nabi Muhammad, kita seharusnya bersyukur masih mempunyai Iman Islam.”
Kembali lagi perkataannya menyentuh hatiku, bersyukur aku sekarang memeluk agama Islam.
“Iya pak… kita harus bersyukur kepadaNya. Aku sendiri juga muallaf pak”
“Muallaf… subhanallah. Kamu ingat cerita pamannya Kanjeng Nabi Abu Lahab yang mati dalam keadaan kafir. Nabi saja tak sanggup mengislamkan beliau sampai Abu Lahab mati. Kamu harus sering-sering bersyukur kepada Allah. Kalau tidak Allah siapa lagi yang dapat membuka hati kita.”
“Iya pak…” ku tak sanggup mengucapkan kata lagi. Alhamdulillah ya Allah…

      Mulai aku berpikir tentang orang yang aku temui ini, apa dia seorang malaikat? Apa dia seorang kyai? Tiap setiap perkataannya selalu menyentuh di hatiku. Aku tak mengenal wajahnya tapi hatiku mengenalinya. Pukul 9 malam acara sholat dimulai, dari awal sampai akhir ku belum berkenalan dengan beliau, kita masuk ke dalam Mesjid. Beliau mengambil shaf ketiga bagian depan  dan aku sendiri berada di shaf ke tujuh. Jamaahpun memulai acara sholat malam dengan suasana gelap.
      Indah sekali malam itu, gerakan demi gerakan aku lakukan, gerakannya menentramkan hatiku ini. Setelah sholat dilanjutkan dengan dzikir mengucapkan lailahaillah. Aku menangis saat mengucapkan lailahaillah, ingat tentang karunia yang begitu besar dari Allah. Lailahaillah “Tiada Tuhan selain Allah”, ingat bahwa tidak ada Tuhan yang lain selain Allah. Laillahaillah, ingat tentang ciptaan Allah. Dzikir Laillahaillah ini untukMu ya Allah dan akupun hilang dalam keagungan kalimat Lailahaillah. Jamaah pun menangis, dibius oleh kalimat Laillahaillah.
      Pukul 23.30 acara sholat malam selesai. Orang yang aku temui tadi sudah tidak ada di barisan depan. Terimakasih ya Allah sudah Engkau mempertemukan aku dengan Beliau yang tidak tahu namanya. Indah sekali malam 23, malam yang tak tergantikan oleh malam lainnya. Bisa bertemu dengan seseorang yang menjawab semua masalah hatiku, dapat mengikuti Jamaah sholat Malam dan tentunya berzikir kepadaNya. Alhamdulillah… Agama yang sempurna. Inilah kenikmatan orang Islam.


Sekuntum Bunga Mawar


Sekuntum Bunga Mawar
Pukul 23.00 WIB
                Jalanan Surabaya begitu lengang di malam hari sehingga aku bisa melindas jalanan Surabaya – Gresik hanya dalam waktu setengah jam. Sesampai di rumah, aku langsung ganti baju dan merebahkan badanku di kursi panjang ruang tamu. Kutolehkan wajahku yang lesu ini ke lemari buku. Tumpukan buku berjejeran seperti gerbong kereta api. Kuliat 2 buku berharga buatku yang sudah lusuh di pojok lemari buku. Aku ingin sekali menyentuh buku suci tersebut tapi badan ini tidak kuasa untuk menggerakkan anggota badanku. Hari ini badanku begitu capek sebab kuliah dari pagi hingga sore.
Kepala kuganjal dengan jilbab ibuku dan kuletakkan tangan kiriku diatas kepalaku. Kulihat atap rumahku yang disinari lampu neon 20 watt. Dalam hati kecilku, aku ingin sekali membaca Al-Quran namun begitu malasnya diriku untuk membukanya. Aku rindu dengan Al-Quran tapi karena kesibukan dunia, akupun melupakannya. Sudah hampir seminggu ini aku tak menyentuhnya apalagi membacanya. Tapi di malam ini aku begitu rindu dengan kekasihku itu. Rasa rinduku mengalahkan rasa malasku. Aku kemudian wudhu dan kubaca ayat per ayat dalam kitab suci itu kemudian aku tidur lelap dalam kerinduan yang sangat untuk bertemu dengan seseorang.
Bismika Allahumma ahya wabismika amut


                Tempat ini tidak asing lagi bagiku. Sungai yang mengalir tenang di bawah jembatan kayu yang begitu megah serta air sungai yang begitu sejuk dan jernih sehingga aku bisa melihat batu yang duduk diam di dasar sungai. Ikan yang berada di dalam sungai saling berkejar-kejaran dengan temannya. Burung-burung bertebaran di angkasa yang berwarna biru dibalut dengan kapas berwarna putih. Rerumputan berwarna hijau menyapa telapak kakiku menembus sela-sela jariku. Pohon-pohon yang penuh dengan aneka buah yang buahnya siap untuk dimakan. Orang-orang yang berada di tempat itu memakai pakaian warna hijau saling berkumpul dan bercanda tawa dengan orang yang dicintai. Tapi aku hanya sendirian dipinggir sungai sambil menatap aliran sungai yang begitu jernih. Indah sekali tempat itu, seribu kali lebih indah dari pulau Bali dan puluhan ribu kali lebih indah dari gunung Bromo.
                Kadang-kadang ada temanku yang menyapa aku. Aku hanya mengangkat tanganku dan menjawab iya. Bidadari nan cantik berseliweran dan membawa beberapa makanan untuk diberikan kepada penghuni tempat ini. Tempat ini tidak ada kata malam maupun panas, yang ada hanya pagi dan kesejukan.
                Saat aku melamun di pinggir sungai, pundak kiriku dipegang oleh seseorang. Aku kaget sehingga khayalanku buyar seketika lalu aku menoleh ke pundak kiriku dan kulihat tangan itu. Tangannya putih dan begitu lembut menyentuh pundakku. Tangannya seperti tangan bekas berjuta-juta kali wudhu, berseri dan indah. Kutengokkan kepalaku ke belakang sambil badanku mengikuti gerakan kepalaku ke belakang dan amboi... begitu cantiknya anak yang memegang pundakku itu.
                Aku tersenyum kepadanya, dia menunduk malu. Pipinya yang putih sekarang berwarna merah merona. Wanita itu ternyata Rena. Tangan lembutnya yang memegang pundakku sekarang dilepaskannya.
“Assalamu’alaikum Ai?”. Kata dia sambil tersenyum melihatku. Aku hanya diam, ku tak menyangka aku bisa bertemu dengan kekasihku untuk kali kedua. Cantik sekali dia, ku tak sanggup untuk melepas pandangan ke wajahnya. Wajahnya bagaikan magnet bagi mataku. “Assalamu’alaikum Ai?”. kata dia lagi sambil menggoyang-goyang badanku dengan tangan kanannya. “Assalamu’alaikum Ainur Rofiq?” ulang perkataannya sambil mencubit tanganku. Aku kaget dan kutundukkan wajahku ini, malu bukan kepalang sebab lama melihat wajahnya. “Wa’alaikumsalam Ren?”. Jawabku sambil tersenyum malu.
                “Bagaimana kabarmu, ai?”.
                “Ba.. ba.. baik Ren.” Jawabku sambil terbata-bata dan keringatku bertetesan.
                “Ai.. kalau ditanya bagaimana kabarmu. Jawabnya Alhamdulillah, jangan hanya baik aja”
                “Alhamdulillah.. bagaimana kabarmu Ren?”. Aku tersenyum kepadanya.
                “Alhamdulillah.. barakallahu akhi”. jawabnya dengan semangat sambil membungkukkan badannya. Ku  tersenyum dengan dia saat membungkukkan badannya. Wanita yang sopan.
                “Aku rindu sekali denganmu. Sudah 2 bulan lebih aku tidak menjumpaimu. Aku rindu kamu”
                “Aku juga Ai..”
Dia kemudian memegang tangan kiriku dengan tangan kanannya, dia lalu menggandengku dan menarik tangan kiriku. Dia bermaksud agar aku mengikutinya. Aku pun mengikutinya sambil memegang tangan kanannya. Dia berada di depan dan aku berada di belakang. Rambutnya yang panjang mengibas-ibas wajahku, aroma badannya seperti bunga melati dan sepasang sayap putih dan kecil menempel di punggungnya. Aku di  bawa ke suatu tempat yang tidak jauh dari sungai dan letaknya lebih tinggi dari tempat lain. Kuikuti dia melalui jalan kecil, setelah sampai tujuan dia berhenti. Akupun berdiri di sebelahnya dan kemudian kita duduk berdua beralaskan tanah di bawah pohon yang begitu tinggi.
                “Ai... aku begitu rindu denganmu. Aku selalu menunggumu. Aku selalu memanggilmu. Tapi kenapa kamu tidak menghiraukan aku. Engkau terlalu sibuk dengan duniamu yang fana hingga kamu melupakan aku.”. Aku hanya diam mendengar jeritan hatinya. Kemudian aku merangkai kata untuk menenangkan dia. “Afwan ukhti... aku terlalu sibuk dengan duniaku. Aku sibuk dengan tugasku hingga aku melupakanmu. Maaf...”. Dia acuh kepadaku sepertinya dia marah kepadaku tapi aku berusaha untuk menenangkan hatinya. “aku berusaha untuk selalu mengingatmu, aku ingin sekali setiap pulang kuliah kusempatkan waktu untuk berkomunikasi denganmu. Tapi aku malas sekali. Maaf...”.
                “Kamu belum sepenuhnya mencintai aku Ai...”. katanya seperti pisau yang langsung menusuk hatiku. “Jika kamu mencintai aku, maka kamu akan berusaha berkorban untukku. Berusaha menyapaku dan mengingatku. Tapi kamu melupakanku.
                Aku diam melihat dia marah kepadaku. Dia melihat ke arah sungai tanpa melihatku sedikitpun. Lalu dia menoleh kepadaku sambil tersenyum, dia seakan-akan tahu semua isi hatiku. “Aku tidak marah kepadamu ai, marahkan temannya setan”. Katanya sambil tersenyum.
“Ai… dulu kamu berjanji kepadaku untuk menghafalkan Al-Quran. Tapi sudah hampir 2 tahun kamu belum melangkahkan kakimu untuk menghafalkan Al-Quran?”. Aku tersenyum kepadanya. Teng.. teng.. teng.. ronde kedua untuk marah.“Aku lemah dalam bahasa, sudah 12 tahun belajar bahasa Inggris tapi tetap tidak bisa, apa lagi bahasa Arab ditambah lagi kesibukan kuliah. Aku tak mampu”. Dia tersenyum kepadaku, “Kamu mampu kok ai… Kamu ingat saat Seseorang menjumpaimu dan mengajarimu membaca Al-Quran. Beliau berpesan apa kepadamu?”. “Hafalkan Al-Quran ya” balasku.
                “Beliau mempunyai maksud tertentu kepadamu, beliau mengajarkan kepadamu untuk selalu Istiqomah dalam belajar. Kalau kamu lemah dalam bahasa, gak bakalan beliau menyuruhmu menghafalkan Al-Quran atau bahkan mungkin beliau berpesan lain”. Kata dia dengan mengerutkan dahinya. “Kamu mampu menghafalkan Al-Quran dari para hafidzah lainnya. Kamu mampu kok, tinggal kamu mau berusaha apa tidak”.
                Setelah dia berkata tersebut, angin berhembus dengan sejuk. Hamparan rumput hijau saling bergoyang-goyang. Buah yang sudah masak dari pohonnya saling berjatuhan. “Ren… bagaimana aku bisa istiqomah dalam membaca dan menghafalkan Al-Quran?”.
                Sekejap dia berdiri dan meninggalkanku sejenak. Aku melihat langkah demi langkah kakinya dan mengambil sesuatu lalu menyembunyikannya di bawah lengan bajunya yang panjang. Rok dan baju lengan panjang berwarna putih menutupi badannya. Kemudian dia kembali menghampiriku dan duduk disebelahku lagi. Dia begitu unik, saat kutatap wajahnya dia tertunduk malu dan saat aku menatap sekitar dia malah menatapku. Beberapa menit kemudian dia meletakkan kepalanya di pundak kananku. Aku hanya diam melihat dia meletakkan kepalanya di pundakku dan dia tidur…
                Aku menunggunya tidur dengan sabar tak kugerakkan badan ini sedikitpun supaya dia berlamaan meletakkan kepalanya di atas pundakku. Setelah hampir dua jam menunggu, dia kemudian bangun sambil membetulkan rambutnya. Aku kemudian berkata kepadanya, “kamu belum menjawab pertanyaanku, bagaimana aku bisa istiqomah dalam membaca dan menghafalkan Al-Quran?. Dia menjawab,“Aku sudah menjawabnya Ai”. “Hah.. kapan menjawabnya?” gumanku.
“Kamu sudah belajar Istiqomah kok, saat aku tertidur di pundakmu. Engkau dengan sabar menungguku dua jam untuk menungguku bangun dari tidurku. Istiqomah berada pada orang yang sabar. Saat kamu menghafalkan Al-Quran, maka bersabarlah untuk menghafalkannya. Jangan terburu-buru. Jika kamu tidak sabar maka kamu tidak bakalan bisa istiqomah. Saat kamu ingin menghafalkan Al-Quran tapi tidak sabar maka kamu tidak bisa menghafalkannya. Istiqomah hanya berada pada orang yang sabar”
Syukron ai…”. Dia tersenyum mendengar kata terimakasih kepadaku.
“Ai… ini hadiah untukmu, sekuntum bunga mawar dariku. Bunga ini akan selalu mengingatkanmu kepadaku. Bunga ini akan layu saat puasa ramadhan di hari pertama besok. Aku memberikanmu waktu 6 bulan untuk menghafalkan Al-Quran. Jika engkau mencintai aku, maka kamu sanggup untuk melaksanakan tantangan ini”. “Terimakasih… aku akan berusaha mengingatmu. Terimakasih…”


                Aku terbangun dari tidurku, kudapati Al-Quran berada di pundakku. Tangkai bungai mawar terselip di sela-sela Al-Quran dan bunganya menyembul keluar. Bunga mawar itu kuletakkan di kamarku dengan segelas air putih yang berfungsi untuk memberikan minuman disaat dia haus. Inilah sekuntum bunga mawar dari Rena tanda sebuah tantangan untukku darinya.
“Istiqomah berada pada orang yang sabar”.

Selasa, 11 September 2012

Sebungkus Nasi Goreng dan Segelas Persahabatan

“Pak… Nasi goreng satu”.
“Makan disini apa bungkus mas?”
“Makan disini pak”.
“Silahkan duduk mas”.
            Aku mengangguk dan segera mencari tempat duduk. Kuletakkan tas laptopku di atas meja panjang kemudian membuka tas dan mengambil handphone yang telah kumasukkan ke dalam tas. Kulihat jam menunjukkan pukul 23.00. “Mas… Minum apa?” kata ibu penjual nasi goreng yang setia membantu suaminya yang sedang menggoreng nasi. “Teh hangat, satu bu..” Jawabku.
            Beberapa menit kemudian aroma bumbu nasi goreng menari-nari di hidungku, aromanya sedap membuat hidungku bersin-bersin. Beberapa saat kemudian, bapak tukang penjual nasi goreng datang dengan membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Bismillahhirohmannirrohim aku menyantap nasi goreng tersebut dengan lahap.
 
***
 
“Vik… aku mau buatin makanan buatmu. Mau gak?” kata Ratih
“Hih.. kamu lho tomboy, masak bisa buatin makanan. Paling masakanmu pedes atau gosong. Kamu kan gak bisa masak”. Ejekku
“Mayak… T.T. aku lho bisa masak. Sudah pokoknya tak buatin makanan buatmu besok waktu sekolah. Ini spesial buatmu soalnya belum pernah aku masak sebelumnya. Hehehe…”
“Pokoknya jangan diberi racun lho ya. Tiap hari kamu selalu ngerjain aku.” kataku
“Hehehe… sudah pokoknya tak buatin makanan dan wajib dimakan. Nanti kalau sudah dimakan bilang ya rasanya gimana?’
“Iya iya… masak yang enak dan belajar masak. Kalau sudah gede belum bisa masak, besok kalau sudah nikah kamukan jadi istri. Masak tiap hari kamu beli makanan buat suamimu. Bangkrut…”. ejekku lagi.
            Sorenya kita bertemu di depan sekolah lalu memberikan sebungkus makanan kepadaku yang ditutupi dengan plastik warna hitam. Dia tidak berani memberikan makanan i waktu sekolah sebab dia malu kalau ketahuan teman-temannya.
“Ini makanannya, nanti kalau sudah dimakan kasih komen ya?” kata Ratih
“Iya Tih… makasih ya”. aku langsung cabut dari sekolah dan menuju ke Warnet.
            Sesampai di wanet. Kupeluk nasi bungkus itu. Rasanya ingin aku me-laminating nasi bungkus buatannya atau mungkin aku awetkan masakannya dan kujadikan patung untuk kujadikan pajangan di kamarku. Nasi bungkus buatannya rasanya berkesan dalam hatiku tapi mau gimana lagi, nasi bungkus kalau tidak di makan ya basi.
“Gimana rasanya Vik?”. Pesan dari Ratih.
“Enak kok rasanya.” Aku berbohong padahal saat itu aku belum membuka nasi bungkus buatannya.
“Jangan bohong… cepetan dimakan, nanti basi lho. Buatnya tadi pagi dan baru bisa ngasih sekarang” tanduk di kepalanya mulai keluar dari tempat persemayamannya.
“Iya… ini lagi ngincipi”. Dia tahu kalau aku berbohong. Aku tersenyum dalam hati.
           Lalu aku meminjam sendok kepada penjaga warnet dan membuka nasi bungkus itu. Ternyata dia membuatkanku nasi goreng. Nasi goreng dengan bumbu instan dengan ditaburi sosis. Nyammmiii rasanya enak… setelah makan beberapa sendok ternyata kekuatiranku terhadap masakan buatannya muncul, ternyata masakan yang dibuat oleh Ratih ada kawat sosis. Alamak… dapat barokah kawat aluminium.
“Tih… Nasi gorengmu ada kawatnya.”
“Yang bener Vik. Kok bisa ada kawatnya?”
“Kelihatannya kamu buka sosis terus kawatnya nyemplung ke wajan penggorengan. Kawat sosis plus sosisnya jadi satu sama nasi goreng.”
“Hahahahaha… maaf – maaf. Gak ngerti.” Tertawanya.
“Wah.. kena titanus aku. Aku dianiaya lagi sama kamu.” Ngenes.
“hehe... Maaf. Yowes kapan-kapan tak buatin lagi makanan buatmu sebagai ucapan maaf kepadamu” tenang dia.
“Aku juga akan buatin kamu makanan sebagai ungkapan terimakasih buatmu” balasku
 
***
 
            Akhirnya nasi goreng yang aku beli di pinggir jalan sudah selesai kumakan, aku pun pulang ke rumah dengan perut kenyang. Sampai di rumah ku keluarkan isi bukuku ke rak buku. Kutata dengan rapi buku kuliahku namun tanpa sengaja aku melihat kertas kado berwarna biru langit berada di bawah buku. Kuambil kertas kado itu dan ku buka isinya. Suatu kertas selamat ulang tahunku yang ke 17 dari sahabatku Ratih walaupun usiaku sekarang sudah 20 tahun. Kertas kado itu sudah menghiasi rak buku selama 3 tahun. Kertas kado itu merupakan kenangan yang tak terlupakan dengan sahabatku. Mengenang saat kita jalan-jalan mengelilingi kota. Tapi… sudah 2 tahun ini, dia tidak mengucapkan kepadaku ulang tahun. Mungkin dia sudah melupakan aku sebab luka lama yagn sudah mengurat di ulu hatiku atau dia sudah terlena dengan dunia fantasinya yang begitu indah. Namun aku hanya bisa tersenyum melihat kata-kata lucu yang ditulis dia di kertas kado ini.
            Kulihat kalender di kamar tidurku. Kuingat dia sedang berulang tahun di bulan ini. Mau mengucapkan selamat ulang tahun lewat hapenya, aku tak tahu nomer hapenya, mau mengucapkan selamat ulang tahun di akun jejaringnya, aku tak berani lagi melihat wajahnya. Hanya lewat tulisan jelek ini kuucapkan selamat ulang tahun kepada sahabatku. Terimakasih kawan sudah menjadi sahabat baikku. Maafkan jika tidak bisa menjaga persahabatan ini.
 
            Saat seorang laki-laki bersahabat karib dengan seorang perempuan, maka ada cinta yang mengiringi persahabatan mereka.
Namun…
            Jika seorang laki-laki berpacaran dengan seorang perempuan, maka tidak ada persahabatan yang mengiringi mereka.
Itulah indahnya persahabatan, seorang sahabat baik tidak bisa digantikan dengan 1000 pacar yang baik. Sahabat baik adalah sahabat yang berani menasehati kita, nasehatnya mampu membuat kita menangis dan tentunya dia selalu mengajak kita ke jalan yang diridhoi Allah.
Andai suatu saat aku menemukan sahabat baik. Aku akan menjaga dia sampai nafas terakhirku dan mendoakan dia sampai ajal menjemputku.
Dan sekarang aku belajar “Dalam persahabatan ada cinta, namun dalam cinta tidak ada persahabatan”
 
Roh_fiQ

Sabtu, 21 April 2012

Ikan Emas dan Pemancing


Kuketuk gerbang rumah sahabatku yang berwarna hijau, kemudian seorang ibu yang berjilbab biru menghampiriku. Beliau melihatku berdiri sambil memegangi gembok. “Ehh… Viko, ayo masuk ke dalam” kata beliau sambil membukakan gerbang. “Terimakasih bu…” balasku. Lalu aku masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu. Lalu El datang “Bentar ya Ko masih pagi datangmu, aku mau mandi dulu. Sebentar saja…” kata dia sambil senyum. “Iya… El”. mirisku.

Pagi ini… kita ingin memancing ikan di Telaga, melepas kejenuhan di saat hiruk pikuknya tugas kampus yang menumpuk. Jarak telaga dengan rumah El sekitar 3 kilometer. Telaga tersebut mempunyai pemandangan yang begitu indah, pepohonan yang menghiasi telaga dan air yang begitu jernih sehingga kita bisa melihat langsung ikan berlari-lari dengan sahabat-sahabatnya. Disana terdapat bermacam-macam ikan mulai dari ikan lele, wader, bandeng, sepat maupun mujair dan jika kita beruntung maka kita akan menjumpai ikan Emas.

Kita pun bersiap-siap membawa perlengkapan pancing seperti pancing, umpan, senar, kail dan tidak ketinggalan makanan kecil untuk camilan serta air minum. Kita pergi ke Telaga dengan membawa sepeda motor milik El. Setelah sampai di Telaga, El memarkirkan sepedanya dan kita segera mencari tempat yang tepat untuk memancing. Tempat favorit kita adalah dibawah jambu biji. Di tempat itu, kita bisa memakan jambu sambil menunggu tangkapan kita.

Aku duduk disamping El. Kita sebenarnya tidak mahir dalam urusan memancing ikan. Dari kecil kita mancing, hanya sekali kita berdua mendapatkan ikan itupun lepas lagi. Tapi pada hari ini, kita bersemangat untuk mendapatkan ikan kalau beruntung kita ingin mendapatkan ikan yang terbaik untuk di simpan di akuarium kamar kita.

Setelah menunggu lama, seperti biasa kita tidak mendapatkan apa-apa. Kita selalu buntung dalam memancing ikan dan pada akhirnya kita hanya bisa membawakan pulang rasa capek. Setelah beberapa saat menunggu, ikanpun akhirnya mampir ke kail kita dan beruntungnya lagi ikan yang menghampiri kita adalah ikan Emas. Tapi ikan itu hanya mampir di kail El, aku tertawa dengan sahabatku karena ada ikan Emas kecil yang dari tadi mengelilingi umpannya. Aku tertawa melihat ikan itu menggoda sahabatku yang tak kunjung memakan umpannya. “Haha… ikan Emas itu dari tadi mondar-mandir saja di umpanmu El.” kataku sambil tertawa.”Iya kok Viko… Ikan apa sih ini dari tadi ngerjain aku terus. Aku sudah ngasih umpan bagus buat nih ikan tapi dari tadi mondar-mandir saja di umpanku. Apes kok aku…”. balasnya. Aku menyemangati dia “Ayo semangat… masak gara-gara ikan Emas kecil kamu langsung patah arang. Yang sabar buat nunggu ikan itu, di telaga ini orang beruntung saja yang mendapatkan ikan Emas. Kamu sudah didatangi ikan Emas kok langsung mutung”. Dia lalu mengangkat pancingnya dan mengganti umpannya lagi.

Dulu aku pernah mancing sendirian di Telaga ini. Ceritanya sama seperti El, ikannya bermain-main di umpanku, aku berusaha untuk mendapatkan ikan Emas itu tapi dia hanya mondar-mandir saja. Ikan Emas tersebut begitu indah, terdapat 3 titik warna hitam di punggungnya. Berbagai cara kulakukan mendapatkan ikan Emas tersebut dan usahaku membuahkan hasil. Aku begitu senang saat mendapatkan ikan tersebut. Aku berangan-angan ingin memelihara dan menjaga ikan Emas tersebut di akuarium kamarku tapi saat kulepas kail yang masuk ke mulutnya, ikan Emas warna hitam tersebut meronta-ronta dan siripnya melukai tanganku hingga sobek, seketika ku tak sengaja melepaskan ikan Emas dan akhirnya ikan Emas itu bersembunyi di gelapnya telaga. Hanya bekas luka ini yang masih ku ingat. Andai ikan Emas itu kembali lagi kepadaku, aku akan memaafkan dia dan menjaganya sebab ikan Emas tersebut terlalu cantik buatku.
Tapi beberapa minggu kemudian, seorang pemancing hebat telah menangkapnya. Saat itu aku begitu cemburu kepada pemancing hebat yang sanggup menangkap ikan Emas itu tapi aku menghibur diri, dia pemancing hebat dan aku hanya pemancing gadungan yang selalu sial dalam memancing ikan.

Aku menengok ke El lagi, tertawa melihat dia berusaha menangkap ikan tersebut. “Aduh… sulitnya menangkap ikan ini” gerutunya. “Sabar El… kalau kamu menghadapi ikan cantik harus sabar, usahamu mana?” kataku. “Aku sudah berusaha Ko… tapi tetap saja tidak dapat-dapat” gerutunya lagi. “Berusaha yang lebih keras lagi El, dari tadi kamu hanya mengganti umpan, kamu harus tahu karakteristik ikan Emas incaranmu tersebut. Ikan itu lho gak butuh umpan mewah, lihat saja dari tadi ganti umpan tetap saja berputar mengelilingi umpanmu” balasku. “Terus bagaimana Viko” jawabnya. “Dia lho sedang ngetes kamu, apakah kamu berusaha buat nangkap dia apa tidak?” jawabku. “Aku sudah berusaha…” ketusnya. ”Heh… kamu berusaha tapi ikan itu belum melihat usahamu” balasku. “Terus bagaimana?” kata dia sambil jengkel. “Gunakan hatimu untuk menangkap ikan itu, bukan dengan akalmu. Bukalah hatimu El, rasakan sendiri bagamana cara menangkap tuh ikan”.

Aku segera memalingkan pandanganku ke Telaga lagi, mengangkat kailku lagi dan lagi-lagi aku belum mendapatkan ikan sedikitpun. “Mending aku Ko, ikannya sudah ada tapi belum dapat daripada kamu tidak ada ikan yang menghampiri umpanmu” kata El. Aku tertawa terbahak-bahak memecahkan keheningan telaga mendengar kata El yang sinis denganku. “Heh El… sebenarnya ada ikan Emas yang cantik yang ingin aku tangkap, lihat ditengah telaga itu dibawah bunga teratai merah. Ada ikan Emas yang cantik, warnanya agak kecoklatan. Aku ingin menangkap ikan tersebut, tapi tali pancingku tidak cukup melempar mata kailku ke tengah telaga tersebut. Aku dari tadi melihat ikan tersebut mondar-mandir kebingungan, dia lari ke pemancing di bawah bambu kemudian lari lagi ke pemancing di bawah pisang. Balik lagi ke pemancing di bawah bambu. Lucu sekali ikan tersebut dengan kebingungannya. Aku ingin menangkapnya”. “Jangan alibi Ko, bilang saja tidak mampu” ejek El. Aku tertawa saja. “Ini tak kasih tali lagi buatmu, tangkap tuh ikan”. “Terimakasih El” jawabku sambil mengulurkan tanganku.

Beberapa saat kemudian, El menunjukkan tanda-tanda jenuh “Ko… aku pindah saja dari tempat ini. Bosan… dari tadi dipermainkan ikan Emas ini”. “El… El… kalau kamu mau pindah ke tempat lain, belum tentu kamu mendapatkan ikan secantik ikan Emas ini. Belum tentu kamu mendapatkan ikan seindah ikan Emas ini. Bisa-bisa kamu mendapat ikan mujair ataupun ikan sepat yang bentuknya hanya warna hitam. Pikir baik-baik….” sindirku. “Ko… aku sudah berusaha buat mendapatkan ikan kecil ini, bagaimana kalau usahaku ini gagal? Betapa ruginya diriku yang menunggu dengan sabar dan berusaha untuk mendapatkannya”.

Aku diam saja melihat dia menggerutu.
“Ko… Boleh tanya?”
“Apa El?”
“Jika aku berusaha mendapatkan ikan tersebut, apakah pasti aku mendapatkannya?”.
Aku diam sejenak memutar kepala agar sanggup menjawab pertanyaan sahabatku itu.
“El… sebelum aku menjawab pertanyaanmu, apa aku boleh tanya kepadamu?” balasku.
“Apa?”
“Kamu dulu bercita-cita menjadi apa?”.
”Jadi dokter Ko…”
“Kok sekarang jadi Insiyur…”
“Gak tahu… emang jalannya begitu. Dah sekarang jawabannya apa?” katanya
“Aku sudah menjawab pertanyaanmu tadi” balasnya.
“Kapan menjawabnya Ko”. El nyengir

“Aku sudah menjawabnya dengan pertanyaan kamu bercita-cita menjadi apa? Kamu menjawab aku ingin bercita-cita jadi dokter tapi sekarang kamu menjadi Insiyur”. “Terus maksudnya apa Ko?” kata El dengan nada jengkel. Aku menjawab pertanyaannya “Setiap usaha pasti akan mendapatkan hasilnya, tapi hasilnya belum tentu kita harapkan. Dulu kamu bercita-cita menjadi dokter, kamu berusaha mengejar cita-citamu tapi belum tentu hasil dari mengejar cita-citamu terwujud tapi ada hasil lain yang lebih berharga buatmu yaitu menjadi insinyur.  Jadi sekarang kukembalikan ke pertanyaanmu tadi, jika kamu berusaha mendapatkan ikan tersebut, apakah pasti kamu mendapatkannya? Jawabannya pasti kamu mendapatkan ikan tersebut, tapi belum tentu ikan yang kamu harapkan itu. Sebagai pengganti dari usahamu ada ikan Emas yang lebih penting dari sebelumnya”. Dia hanya diam mencerna kata-kataku. “Yang penting kamu berusaha terus mendapatkannya dan menunggunya bermain-main di umpanmu ya El”. kata terakhirku…

Aku tersenyum kepadanya, bangga dengan sahabatku itu. Dia berusaha menunggu ikan Emas kecil tersebut, berkorban buat mendapatkannya tapi belum tentu dia mendapatkan ikan tersebut. Tapi suatu saat nanti dia akan mendapatkan hasil yang begitu indah jika dia bersabar, berusaha dan ikhlas.

Rabu, 25 Januari 2012

Darus Salam

Surga... Apa sih surga itu ?

Awalnya saya mengira surga itu hanyalah kiasan atau suatu perumpamaan dari para ahli Kitab, padahal mereka sendiri belum tahu surga itu bentuknya seperti apa dan surga itu di mana, apa di atas langit? Atau kita harus menempuh bermiliar-miliar tahun cahaya untuk menemui surga atau cuma iming-iming buat orang-orang yang beriman akan kenikmatan yang ada di surga sehingga keimanan mereka bertambah dengan berbuat kebajikan-kebajikan dan meninggalkan semua bentuk kemungkaran.

Surga itu tempat yang paling indah, terindah dari tempat yang ada di dunia ini. Surga lebih indah dari 7 keajaiban dunia. Surga lebih indah dari wanita tercantik sedunia. Itu hanya kata orang dan tak ada buktinya...

Mungkin saya orang yang paling beruntung bisa melihat surga. Memang indah surga itu, menenangkan, menyenangkan, nyaman dan tak mungkin bisa terlupakan, walaupun saya melihatnya hanya di mimpi belaka.
Walaupun saya cuma bemimpi tentang surga, tapi lewat mimpi itu saya bisa tahu keadaan surga itu bagaimana. Hanya lewat mimpi saja, saya merasakan surga ternyata begitu indah, apalagi kita sebagai manusia menjadi penghuni surga. begitu beruntungnya orang itu. Allahuakbar...

Inilah mimpi saya, terserah orang mau percaya apa tidak. Orang bilang mimpi itu kembang tidur dan islam bilang mimpi seperti itu merupakan salah satu dari 46 tanda kenabian seseorang (tentunya kita meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir). Wallahu'alam...

Inilah mimpiku...
"Saya masuk ke suatu rumah, di rumah itu saya bertemu dengan seorang perempuan, saya tidah tahu siapa dia. Kemudian dia bilang, "Hai kamu.. naiklah ke atas dan bukalah genteng itu". Kemudian saya bergegas naik ke atap dan membuka genteng itu. Setelah saya membukanya, ternyata ada ruangan gelap dan kemudian saya naik tapi ternyata ada genteng lagi di bagian atas. Lalu saya naik lagi dan membuka genteng itu. Setelah terbuka ada ruangan lagi yang sama dan gelap serta bagian atas ada genteng lagi. Saya melakukan kegiatan itu terus-menerus dan saya membuka genteng terakhir dan ternyata ada cahaya yang begitu indah kemilaunya, berlian mahal pun tak bisa mengalahkan indahnya kemilau cahya itu. Begitu indah sampai saya tak bisa menggambarkan bagaimana indahnya kemilau cahaya itu.

Kemudian setelah saya membuka genteng terakhir, saya memasuki ruangan terakhir dan saya tidak menemukan genteng lagi di atas saya. Saya masuk ke ruangan tersebut dengan diterpa cahaya kemilau itu. Saat naik, wow.. saya takjub sekali. Saya melihat jembatan dan di bawah jembatan itu mengalir sungai yang begitu jernih airnya. Pohon-pohon yang menaungi sungai, pohon-pohon nan elok, tanah yang begitu lembut menyentuh kaki saya. Tempat itu begitu indah, nyaman, tentram. Tak pernah saya merasakan tempat yang begitu indah seperti itu. Subhanallah..

Saat saya asyik melihat-lihat sekeliling saya, kemudian ada seseorang datang, dia seorang kakek yang memakai baju putih. Perawakannya seperti kyai sepuh. Saya merasa tak kuasa tuk melihat wajahnya, sehingga pandangan saya tertunduk ke bawah. Lalu saya bertanya ke beliau "Tempat ini apa ya, Kek?" beliau menjawab, "Ini surga Nak.". Lalu saya membalas, "Indah sekali surga itu ya Kek...". Beliau menimpali "Ya jelas indah Nak, namanya juga surga, kalau jelek itu namanya neraka". Hehehehe.. Perkataannya membuat saya tertawa.

Lalu kakek itu memberikan beberapa kunci. Kemudian saya bilang "Kek.. Ini apa?" beliau menjawab, "Ini ada beberapa kunci surga, berikan kunci surga ini kepada teman-temanmu yang kamu anggap baik. Jagalah kunci ini baik-baik ya?". Saya menerima kunci itu dengan tangan terbuka seperti saat tangan kita terbuka ketika kita berdoa meminta sesuatu kepada Allah SWT. Lalu kakek itu bilang "Sudah, sekarang Kamu kembali lagi ke dunia, kapan-kapan ke sini lagi ya?"

Saya menuruti perkataan kakek tadi, saya kembali lagi ke lubang genteng yang saya buat tadi. Kemudian saya turun ruangan demi ruangan yang gelap itu dan di bagian bawah sendiri saya bertemu dengan perempuan tadi. Dia bilang, "Kamu dapat apa di atas?". Saya menjawab, "Saya dapat ini, saya disuruh memberikan kepada teman-teman yang saya anggap baik dan disuruh menjaganya". Dia membalas, "Wah.. masukin itu di brankas aja biar aman". Kemudian saya menyimpan kunci-kunci itu di brankas rumah perempuan itu dan saya keluar dari rumah tersebut. Beberapa saat  kemudian saya kembali lagi ke rumah itu dan ternyata setengah jumlah dari kunci itu hilang.

Itulah mimpi saya.. Mimpi yang saya alami antara bulan februari - maret 2010 dan saya mualaf pada tanggal 28 mei 2010. Mimpi ini merupakan salah satu dari 3 mimpi yang membuat saya masuk islam. Tidak cuma mimpi saja yang membuat saya masuk islam tapi ada beberapa hal lain sehingga saya memeluk agama ini.

Kemudian saya mencoba menafsirkan mimpi ini, dan saya tersentak kaget. Setelah masuk islam, saya membaca beberapa ayat Al-Quran, yaitu  QS : Al-Baqarah : 25.
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. 2:25)

Kemudian saya membaca surat Al-Waqiah yang menceritakan tentang keadaan surga. Benar-benar takjub saya membaca Al-Quran itu. Padahal saya bermimpi tentang surga sebelum saya masuk Islam dan membaca Al-Quran beberapa minggu setelah saya menjadi mualaf dan Al-Quran sendiri sudah menjelaskan secara rinci tentang keadaan surga seperti apa. Al-Quran itu adalah peta surga, jalan menuju surga, jika kita memegang teguh Al-Quran, menjalankan apa yang terkandung di Kitab Suci itu.  Allahuakbar.. Allah Maha Besar.

Dan perkataan kakek tadi, "Ini kunci surga, berikan kunci surga ini kepada teman-temanmu yang kamu anggap baik. Jagalah kunci ini baik-baik ya?" Ya benar perkataan kakek itu, Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada saya melalui teman-teman baik saya, teman dekat saya.

Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa yang dapat mengislamkan orang dengan usahanya, maka pastilah ia masuk ke dalam surga.” (At-Tabrani)

Benar perkataan kakek itu, yang pantas mendapatkan kunci surga itu adalah teman baikku karena merekalah yang mengislamkan saya. Terimakasih teman... syukron. Jagalah baik-baik kunci itu karena pada akhir mimpiku, sebagian kunci ada yang hilang. Jagalah amanah itu.

Sekian mimpi yang saya alami. Insya Allah akan saya lanjutkan pada edisi selanjutnya.
Terimakasih..

M Ainur Rofiq.

Terima Kasih Engkau telah Menemuiku

Inilah cerita dari mimpiku yang ke dua sebelum aku masuk ke agama Islam. Mimpi inilah merupakan proses saya untuk mengenal Islam lebih dekat dan kemudian aku memeluk agama nan indah ini. Walaupun hanya mimpi, saya merasakan efek yang luar biasa dalam diriku dan mimpi yang paling mengagumkan buat saya karena jarang orang bisa bermimpi tentang ini dan tidak ada mimpi yang paling indah bagi kaum muslim selain bermimpi bertemu Rasulullah, Muhammad SAW. Sebab mimpi bertemu dengan Beliau berarti benar-benar beliau yang bertemu dengan kita. Sebab siapapun termasuk malaikat dan jin maupun setan tidak akan mampu menyerupai dirinya sebagai Rasulullah Muhammad SAW.

Mungkin aku orang yang paling beruntung yang bisa bertemu dengan Beliau.  Beliau merupakan manusia yang mempunyai akhlak mulia, akhlaknya seperti Al-Quran. Ayat yang mencantumkan betapa mulianya Beliau.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab : 21).

Inilah mimpiku yang pendek namun begitu terkesan di hatiku...

Saat itu aku bermimpi duduk bersilau di suatu ruangan, dihadapanku terdapat meja dengan kaki pendek, diatas meja tersebut terdapat suatu buku yang terbuka dan disebelah kananku ada seseorang yang duduk bersilau juga seperti saya. Dan saya tidak tahu siapa Beliau. Kemudian Beliau menunjukkan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan jari telunjuknya ke buku itu. Dan kemudian aku tahu ternyata buku itu adalah Al-Quran. Saya dengan Beliau seperti murid dan Guru yang sedang belajar ngaji. Beliau mengucapkan setiap kata seperti mengeja kata dalam Al-Quran tersebut (saya lupa kata atau kalimat itu apa). Dan saya mengucapkan kalimat yang diucapkan Beliau tadi. Dan saya sendiri tidak tahu huruf-huruf tadi, saya cuma ikut aja. Seperti anak kecil yang lagi belajar membaca.

Saya terfokus pada huruf tadi dalam Al-Quran tersebut. Beberapa saat kemudian aku menengok ke sebelah kanan dan melihat wajah Beliau dan dia berkata "Muhammad". Setiap kali aku melihat wajah Beliau dia menjawab "Muhammad". Saya lupa dah berapa kali melihat wajah Beliau. Dan tentu saja aku tidak tahu siapa "Muhammad" itu, karena saat itu saya belum mengenal Islam lebih jauh. Wajah Nabi itu berbeda dengan wajah manusia lain, wajah manusia mempunyai mata, hidung, mulut, pipi dan lain sebagainya. Namun wajahnya ditutupi dengan cahaya putih jadi saya tidak bisa melihat bentuk wajahnya. cahaya putih itu menyilaukan, indah, agung seindah cahaya surga dari cerita sebelumnya.
 Kemudian dia merangkulku dengan tangan kirinya dan dia mengucapkan "Hafalkan Al-Quran ya?" dan  sesaat kemudian saya pun terbangun dari mimpiku itu.

itulah mimpi yang saya alami, saya merasa beruntung bisa memimpikan Beliau... dituliskan dalam hadist.
Abdullah bin Mas’ud ra. Rasulullah bersabda:
‘Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar benar telah melihat diriku karena setan tidak dapat menyerupaiku’ (HR Timidzi, Ibnu Majah, Darami dan Ahmad)
atau
Abu Hurairah ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
‘Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar benar telah melihat diriku karena setan tak dapat menyerupaiku’ (HR Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Saya mengambil hikmah dari mimpi tersebut karena Rasullullah datang dalam mimpiku pasti mempunyai maksud tertentu. Mulai membaca Al-Quran, disuruh menghafalkan Al-Quran dan mungkin masih banyak lagi maksud dari mimpiku yang belum aku ketahui.
Saya menyadari kalau Beliau menyuruh saya membaca Al-Quran. Saya sendiri belajar bahasa Jepang saat SMA aja saya tidak bisa membaca tulisan hiragana maupun katakana. Saya belajar bahasa Inggris sejak kelas 1 SD sampai sekarang belum bisa. Apalagi disuruh belajar membaca Al-Quran apalagi menghafalkan Kitab Suci yang terdiri dari 30 jus terdiri dari 144 surat dan 6236 ayat.

Pelajaran yang terpenting adalah kita harus istiqomah dalam belajar. Walaupun sesulit apapun masalah, tapi jika istiqomah kita pasti bisa. Membaca Al-Quran saja sudah dapat pahala..
Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an dihitung untuknya satu kebaikan dan pahala satu kebaikan adl sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan “Aliif laam miim” itu satu huruf melainkan Aliif satu huruf Laam satu huruf dan Miim adl satu huruf“.

Itu hanya membacanya... apalagi menghafalkannya. betapa mulianya para penghafal Al-Quran...


Sekian mimpi saya yang kedua dan saya lanjutkan pada edisi selanjutnya.
Terimakasih..
Wassalamu'alikum WR.WB

Pelajaran Pertama "Tayammum"

Setelah aku masuk Islam, bukan berarti perjalanan mencari keridhoan Allah telah berakhir, tapi inilah awal aku belajar tentang Islam.aku belajar Tata cara Tayammum, Tata cara Wudhu, Tata cara Sholat dan sebagainya lewat mimpi. Temanku sering bertanya kepadaku, "Go... Kamu belajar caranya sholat dan lain sebagainya sama siapa?" aku menjawab sambil tertawa  "Lewat mimpi aku belajar itu". Dengan bermimpi yang aku alami tersebut kemudian aku membuka buka untuk mempelajari lebih dalam ilmu yang aku mimpikan tersebut.

Tanggal 29 Mei 2010 aku masuk Islam. tanggal 30 Mei 2010 mimpi pertama aku adalah bersuci.

"Saat itu aku bermimpi akan menuju mushola yang berada dekat dirumahku. aku memakai celana jins warna biru. Diperjalanan ke mushola aku tak sengaja menginjak tempat becek dan berlumpur, saat hampir masuk di pintu mushola, aku dirangkul sama kakek memakai pakaian putih. aku tak sanggup melihat wajahnya. InsyaAllah beliau bilang ke aku sambil menunjuk bekas lumpur di celana "Kamu jangan masuk ke mushola, dicelanamu ada bekas lumpur". kemudian beliau berkata "sebelum masuk ke Mushola, kamu wudhu dulu. jika tidak ada air maka kamu harus bertayammum sebagai pengganti wudhu" "ini kamu lihat caranya tayammum" Kemudian kakek itu menunjukkan seseorang yang sedang melakukan tayammum didepan mushola. Awalnya orang tersebut meletakkan kedua telapak tangannya ke permukaan lantai, kemudian telapak tangannya diusapkan ke muka lalu meletakkan kedua telapak tangannya lagi ke permukaan lantai dan mengusapkan ke dua tangannya. setelah selesai orang tersebut masuk ke dalam mushola.

aku terbangun dari mimpiku, aku sebenarnya tidak tahu sama sekali dengan Tayammum. aku membuka buku pedoman sholat dan belajar tentang tayammum. Subhanallah... ternyata Tayammum sesuai dengan  mimpiku itu, sama persis dengan tata cara tayammum yang ada di buku pedoman cara sholat. kemudian aku menceritakan ke guruku, beliau menjelaskan tentang mimpiku. mimpiku begitu menakjubkan sebab aku berbeda dengan orang lain, aku diajari secara online. Dari mimpi tersebut aku mendapat pelajaran yang banyak sekali yaitu
1. Sebelum kita masuk mesjid / mushola kita harus bersuci.
2. jika tidak ada air untuk berwudhu maka kita bisa bertayammum
3. bersuci itu lebih utama dan merupakan pintu untuk berkomunikasi dengan Allah. Jika kita salah dalam berwudhu maka sholat kita akan batal. jika wudhu kita sudah benar maka sholat kita insyaAllah diterima.
4. Bersuci mencegah kita dari kotoran, baik kotoran dari dalam maupun dari luar. Dan tentunya membersihkan dari penyakit

Sekian