Selasa, 13 November 2012

Malam Dua Puluh Tiga


           Di malam 23 ini, kuteringat kembali suatu baris lagu “Malam Kudus” yang 3 tahun lalu kunyanyikan di Gereja.  “Malam Kudus, sunyi senyap, semesta t’lah lelap” tapi hari ini aku duduk di samping Mesjid. Aku berfikir ternyata lagu Malam Kudus sama dengan peristiwa Malam Lailatul Qodar dimana seisi dunia terlelap, semesta seakan disihir untuk diam. Saat aku melamun di Serambi Mesjid, aku kaget ada seseorang memegang pundakku. Aku  menoleh ke orang tersebut dan beliau memberikan tangannya untuk berjabatan tangan, kemudian aku menyambut tangannya yang dingin tersebut.
"Mas... sholat malamnya mulai pukul berapa?"
"Pukul 9 malam pak"

      Kemudian kita berbincang-bincang dengan Beliau. Wajahnya masih muda dan bersih. aku tak mengenalnya namun aku merasa begitu dekat dengannya.
"Mas... sebenarnya saya kaget. Kagetnya itu kok pas bulan ramadhan ada acara sholat malam berjamaah. Jarang-jarang lho" kata beliau sambil duduk disebelahku.
"Sebenarnya acara ini berlangsung selama 1 bulan tetapi tempatnya berbeda-beda. Kemarin acaranya di depan Polres" jawabku
"Iya... Kemarin ada acara, tapi saya gak bisa ikut. Pengen sekali ikut acara beginian tapi baru kesampaian sekarang".
Aku hanya tersenyum melihat beliau berbicara dengan logat khas daerah Jawa Tengah.
"Acara beginian penting lho mas, saat kita berzikir. hati rasanya tentrem seperti disiram oleh dzikir. Sering-sering ikut jamaah ya mas. sebab hanya lewat acara ini kita bisa menata hati kita. Kita tahu sendiri kalau kita ikut jamaah berarti ikut ulama. Ulama sendiri dekat dengan Kanjeng Nabi Muhammad dan tentunya kita insyaAllah dekat dengan Nabi Muhammad"
"Iya pak..." perkataannya begitu mengena dihatiku, beliau tahu apa masalahku sebab sudah lama aku tidak ikut jamaah dan berzikir bersama-sama.

"Mas... coba kamu  lihat di jalan raya tersebut, banyak orang mondar-mandir kesana kemari. Tahu mereka nyari apa?" tanyanya.
"Gak tahu pak" bingungku
"Mereka nyari duit. Mondar-mandir kesana dapat uang terus beli makanan, masuk ke perut jadi telekdan masuk ke WC. Lari lagi kesana dapat uang terus beli kebutuhan hidup, kalau rusak ya jadi kotoran dan dibuang ke tong sampah. Kalau orang nyari duniawi terakhir jadi kotoran dan dibuang ke tong sampah."
Perkataannya kembali mengenai hatiku. Aku berpikir sejenak, aku kuliah lari kesana lari kesini niatnya nyari nilai. Nilai masuk ke ijazah terus kerja dapat uang dan beli makanan lalu jadi kotoran. Aku tersenyum dan bersyukur masih diingatkan oleh Allah melalui orang ini.

      "Coba kalau mereka sebelum keluar rumah niat lillahita'ala, pasti setiap perjalanannya diridhoi oleh Allah. Kita kerja karena Allah ta'ala, kita membantu orang lain karena Allah ta'ala, semua yang kita lakukan karena Allah ta'ala pasti kita tidak mendapat kotoran tapi malah mendapat rahmat dan hidayah dari Allah sampai mati kelak" tambah dia.

      Malam 23 ini benar-benar malam yang membekas dihatiku, bertemu dengan seseorang yang tidak kukenal tapi beliau memberikan nasehat-nasehat yang berharga buatku.
Kemudian Beliau melanjutkan kembali.
“Allah SWT itu Maha Pengasih, orang kafir  yang tidak beriman dan bertaqwa kepada Allah, masih diberi rezeki olehNya. Apalagi kita yang memeluk agama yang Islam dibawa oleh Nabi Muhammad, kita seharusnya bersyukur masih mempunyai Iman Islam.”
Kembali lagi perkataannya menyentuh hatiku, bersyukur aku sekarang memeluk agama Islam.
“Iya pak… kita harus bersyukur kepadaNya. Aku sendiri juga muallaf pak”
“Muallaf… subhanallah. Kamu ingat cerita pamannya Kanjeng Nabi Abu Lahab yang mati dalam keadaan kafir. Nabi saja tak sanggup mengislamkan beliau sampai Abu Lahab mati. Kamu harus sering-sering bersyukur kepada Allah. Kalau tidak Allah siapa lagi yang dapat membuka hati kita.”
“Iya pak…” ku tak sanggup mengucapkan kata lagi. Alhamdulillah ya Allah…

      Mulai aku berpikir tentang orang yang aku temui ini, apa dia seorang malaikat? Apa dia seorang kyai? Tiap setiap perkataannya selalu menyentuh di hatiku. Aku tak mengenal wajahnya tapi hatiku mengenalinya. Pukul 9 malam acara sholat dimulai, dari awal sampai akhir ku belum berkenalan dengan beliau, kita masuk ke dalam Mesjid. Beliau mengambil shaf ketiga bagian depan  dan aku sendiri berada di shaf ke tujuh. Jamaahpun memulai acara sholat malam dengan suasana gelap.
      Indah sekali malam itu, gerakan demi gerakan aku lakukan, gerakannya menentramkan hatiku ini. Setelah sholat dilanjutkan dengan dzikir mengucapkan lailahaillah. Aku menangis saat mengucapkan lailahaillah, ingat tentang karunia yang begitu besar dari Allah. Lailahaillah “Tiada Tuhan selain Allah”, ingat bahwa tidak ada Tuhan yang lain selain Allah. Laillahaillah, ingat tentang ciptaan Allah. Dzikir Laillahaillah ini untukMu ya Allah dan akupun hilang dalam keagungan kalimat Lailahaillah. Jamaah pun menangis, dibius oleh kalimat Laillahaillah.
      Pukul 23.30 acara sholat malam selesai. Orang yang aku temui tadi sudah tidak ada di barisan depan. Terimakasih ya Allah sudah Engkau mempertemukan aku dengan Beliau yang tidak tahu namanya. Indah sekali malam 23, malam yang tak tergantikan oleh malam lainnya. Bisa bertemu dengan seseorang yang menjawab semua masalah hatiku, dapat mengikuti Jamaah sholat Malam dan tentunya berzikir kepadaNya. Alhamdulillah… Agama yang sempurna. Inilah kenikmatan orang Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar