“Pak… Nasi goreng satu”.
“Makan disini apa bungkus mas?”
“Makan disini pak”.
“Silahkan duduk mas”.
Aku mengangguk dan segera mencari tempat duduk. Kuletakkan tas laptopku di atas meja panjang kemudian membuka tas dan mengambil handphone yang telah kumasukkan ke dalam tas. Kulihat jam menunjukkan pukul 23.00. “Mas… Minum apa?” kata ibu penjual nasi goreng yang setia membantu suaminya yang sedang menggoreng nasi. “Teh hangat, satu bu..” Jawabku.
Beberapa menit kemudian aroma bumbu nasi goreng menari-nari di hidungku, aromanya sedap membuat hidungku bersin-bersin. Beberapa saat kemudian, bapak tukang penjual nasi goreng datang dengan membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Bismillahhirohmannirrohim aku menyantap nasi goreng tersebut dengan lahap.
***
“Vik… aku mau buatin makanan buatmu. Mau gak?” kata Ratih
“Hih.. kamu lho tomboy, masak bisa buatin makanan. Paling masakanmu pedes atau gosong. Kamu kan gak bisa masak”. Ejekku
“Mayak… T.T. aku lho bisa masak. Sudah pokoknya tak buatin makanan buatmu besok waktu sekolah. Ini spesial buatmu soalnya belum pernah aku masak sebelumnya. Hehehe…”
“Pokoknya jangan diberi racun lho ya. Tiap hari kamu selalu ngerjain aku.” kataku
“Hehehe… sudah pokoknya tak buatin makanan dan wajib dimakan. Nanti kalau sudah dimakan bilang ya rasanya gimana?’
“Iya iya… masak yang enak dan belajar masak. Kalau sudah gede belum bisa masak, besok kalau sudah nikah kamukan jadi istri. Masak tiap hari kamu beli makanan buat suamimu. Bangkrut…”. ejekku lagi.
Sorenya kita bertemu di depan sekolah lalu memberikan sebungkus makanan kepadaku yang ditutupi dengan plastik warna hitam. Dia tidak berani memberikan makanan i waktu sekolah sebab dia malu kalau ketahuan teman-temannya.
“Ini makanannya, nanti kalau sudah dimakan kasih komen ya?” kata Ratih
“Iya Tih… makasih ya”. aku langsung cabut dari sekolah dan menuju ke Warnet.
Sesampai di wanet. Kupeluk nasi bungkus itu. Rasanya ingin aku me-laminating nasi bungkus buatannya atau mungkin aku awetkan masakannya dan kujadikan patung untuk kujadikan pajangan di kamarku. Nasi bungkus buatannya rasanya berkesan dalam hatiku tapi mau gimana lagi, nasi bungkus kalau tidak di makan ya basi.
“Gimana rasanya Vik?”. Pesan dari Ratih.
“Enak kok rasanya.” Aku berbohong padahal saat itu aku belum membuka nasi bungkus buatannya.
“Jangan bohong… cepetan dimakan, nanti basi lho. Buatnya tadi pagi dan baru bisa ngasih sekarang” tanduk di kepalanya mulai keluar dari tempat persemayamannya.
“Iya… ini lagi ngincipi”. Dia tahu kalau aku berbohong. Aku tersenyum dalam hati.
Lalu aku meminjam sendok kepada penjaga warnet dan membuka nasi bungkus itu. Ternyata dia membuatkanku nasi goreng. Nasi goreng dengan bumbu instan dengan ditaburi sosis. Nyammmiii rasanya enak… setelah makan beberapa sendok ternyata kekuatiranku terhadap masakan buatannya muncul, ternyata masakan yang dibuat oleh Ratih ada kawat sosis. Alamak… dapat barokah kawat aluminium.
“Tih… Nasi gorengmu ada kawatnya.”
“Yang bener Vik. Kok bisa ada kawatnya?”
“Kelihatannya kamu buka sosis terus kawatnya nyemplung ke wajan penggorengan. Kawat sosis plus sosisnya jadi satu sama nasi goreng.”
“Hahahahaha… maaf – maaf. Gak ngerti.” Tertawanya.
“Wah.. kena titanus aku. Aku dianiaya lagi sama kamu.” Ngenes.
“hehe... Maaf. Yowes kapan-kapan tak buatin lagi makanan buatmu sebagai ucapan maaf kepadamu” tenang dia.
“Aku juga akan buatin kamu makanan sebagai ungkapan terimakasih buatmu” balasku
***
Akhirnya nasi goreng yang aku beli di pinggir jalan sudah selesai kumakan, aku pun pulang ke rumah dengan perut kenyang. Sampai di rumah ku keluarkan isi bukuku ke rak buku. Kutata dengan rapi buku kuliahku namun tanpa sengaja aku melihat kertas kado berwarna biru langit berada di bawah buku. Kuambil kertas kado itu dan ku buka isinya. Suatu kertas selamat ulang tahunku yang ke 17 dari sahabatku Ratih walaupun usiaku sekarang sudah 20 tahun. Kertas kado itu sudah menghiasi rak buku selama 3 tahun. Kertas kado itu merupakan kenangan yang tak terlupakan dengan sahabatku. Mengenang saat kita jalan-jalan mengelilingi kota. Tapi… sudah 2 tahun ini, dia tidak mengucapkan kepadaku ulang tahun. Mungkin dia sudah melupakan aku sebab luka lama yagn sudah mengurat di ulu hatiku atau dia sudah terlena dengan dunia fantasinya yang begitu indah. Namun aku hanya bisa tersenyum melihat kata-kata lucu yang ditulis dia di kertas kado ini.
Kulihat kalender di kamar tidurku. Kuingat dia sedang berulang tahun di bulan ini. Mau mengucapkan selamat ulang tahun lewat hapenya, aku tak tahu nomer hapenya, mau mengucapkan selamat ulang tahun di akun jejaringnya, aku tak berani lagi melihat wajahnya. Hanya lewat tulisan jelek ini kuucapkan selamat ulang tahun kepada sahabatku. Terimakasih kawan sudah menjadi sahabat baikku. Maafkan jika tidak bisa menjaga persahabatan ini.
Saat seorang laki-laki bersahabat karib dengan seorang perempuan, maka ada cinta yang mengiringi persahabatan mereka.
Namun…
Jika seorang laki-laki berpacaran dengan seorang perempuan, maka tidak ada persahabatan yang mengiringi mereka.
Itulah indahnya persahabatan, seorang sahabat baik tidak bisa digantikan dengan 1000 pacar yang baik. Sahabat baik adalah sahabat yang berani menasehati kita, nasehatnya mampu membuat kita menangis dan tentunya dia selalu mengajak kita ke jalan yang diridhoi Allah.
Andai suatu saat aku menemukan sahabat baik. Aku akan menjaga dia sampai nafas terakhirku dan mendoakan dia sampai ajal menjemputku.
Dan sekarang aku belajar “Dalam persahabatan ada cinta, namun dalam cinta tidak ada persahabatan”
Roh_fiQ