Sabtu, 21 April 2012

Ikan Emas dan Pemancing


Kuketuk gerbang rumah sahabatku yang berwarna hijau, kemudian seorang ibu yang berjilbab biru menghampiriku. Beliau melihatku berdiri sambil memegangi gembok. “Ehh… Viko, ayo masuk ke dalam” kata beliau sambil membukakan gerbang. “Terimakasih bu…” balasku. Lalu aku masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu. Lalu El datang “Bentar ya Ko masih pagi datangmu, aku mau mandi dulu. Sebentar saja…” kata dia sambil senyum. “Iya… El”. mirisku.

Pagi ini… kita ingin memancing ikan di Telaga, melepas kejenuhan di saat hiruk pikuknya tugas kampus yang menumpuk. Jarak telaga dengan rumah El sekitar 3 kilometer. Telaga tersebut mempunyai pemandangan yang begitu indah, pepohonan yang menghiasi telaga dan air yang begitu jernih sehingga kita bisa melihat langsung ikan berlari-lari dengan sahabat-sahabatnya. Disana terdapat bermacam-macam ikan mulai dari ikan lele, wader, bandeng, sepat maupun mujair dan jika kita beruntung maka kita akan menjumpai ikan Emas.

Kita pun bersiap-siap membawa perlengkapan pancing seperti pancing, umpan, senar, kail dan tidak ketinggalan makanan kecil untuk camilan serta air minum. Kita pergi ke Telaga dengan membawa sepeda motor milik El. Setelah sampai di Telaga, El memarkirkan sepedanya dan kita segera mencari tempat yang tepat untuk memancing. Tempat favorit kita adalah dibawah jambu biji. Di tempat itu, kita bisa memakan jambu sambil menunggu tangkapan kita.

Aku duduk disamping El. Kita sebenarnya tidak mahir dalam urusan memancing ikan. Dari kecil kita mancing, hanya sekali kita berdua mendapatkan ikan itupun lepas lagi. Tapi pada hari ini, kita bersemangat untuk mendapatkan ikan kalau beruntung kita ingin mendapatkan ikan yang terbaik untuk di simpan di akuarium kamar kita.

Setelah menunggu lama, seperti biasa kita tidak mendapatkan apa-apa. Kita selalu buntung dalam memancing ikan dan pada akhirnya kita hanya bisa membawakan pulang rasa capek. Setelah beberapa saat menunggu, ikanpun akhirnya mampir ke kail kita dan beruntungnya lagi ikan yang menghampiri kita adalah ikan Emas. Tapi ikan itu hanya mampir di kail El, aku tertawa dengan sahabatku karena ada ikan Emas kecil yang dari tadi mengelilingi umpannya. Aku tertawa melihat ikan itu menggoda sahabatku yang tak kunjung memakan umpannya. “Haha… ikan Emas itu dari tadi mondar-mandir saja di umpanmu El.” kataku sambil tertawa.”Iya kok Viko… Ikan apa sih ini dari tadi ngerjain aku terus. Aku sudah ngasih umpan bagus buat nih ikan tapi dari tadi mondar-mandir saja di umpanku. Apes kok aku…”. balasnya. Aku menyemangati dia “Ayo semangat… masak gara-gara ikan Emas kecil kamu langsung patah arang. Yang sabar buat nunggu ikan itu, di telaga ini orang beruntung saja yang mendapatkan ikan Emas. Kamu sudah didatangi ikan Emas kok langsung mutung”. Dia lalu mengangkat pancingnya dan mengganti umpannya lagi.

Dulu aku pernah mancing sendirian di Telaga ini. Ceritanya sama seperti El, ikannya bermain-main di umpanku, aku berusaha untuk mendapatkan ikan Emas itu tapi dia hanya mondar-mandir saja. Ikan Emas tersebut begitu indah, terdapat 3 titik warna hitam di punggungnya. Berbagai cara kulakukan mendapatkan ikan Emas tersebut dan usahaku membuahkan hasil. Aku begitu senang saat mendapatkan ikan tersebut. Aku berangan-angan ingin memelihara dan menjaga ikan Emas tersebut di akuarium kamarku tapi saat kulepas kail yang masuk ke mulutnya, ikan Emas warna hitam tersebut meronta-ronta dan siripnya melukai tanganku hingga sobek, seketika ku tak sengaja melepaskan ikan Emas dan akhirnya ikan Emas itu bersembunyi di gelapnya telaga. Hanya bekas luka ini yang masih ku ingat. Andai ikan Emas itu kembali lagi kepadaku, aku akan memaafkan dia dan menjaganya sebab ikan Emas tersebut terlalu cantik buatku.
Tapi beberapa minggu kemudian, seorang pemancing hebat telah menangkapnya. Saat itu aku begitu cemburu kepada pemancing hebat yang sanggup menangkap ikan Emas itu tapi aku menghibur diri, dia pemancing hebat dan aku hanya pemancing gadungan yang selalu sial dalam memancing ikan.

Aku menengok ke El lagi, tertawa melihat dia berusaha menangkap ikan tersebut. “Aduh… sulitnya menangkap ikan ini” gerutunya. “Sabar El… kalau kamu menghadapi ikan cantik harus sabar, usahamu mana?” kataku. “Aku sudah berusaha Ko… tapi tetap saja tidak dapat-dapat” gerutunya lagi. “Berusaha yang lebih keras lagi El, dari tadi kamu hanya mengganti umpan, kamu harus tahu karakteristik ikan Emas incaranmu tersebut. Ikan itu lho gak butuh umpan mewah, lihat saja dari tadi ganti umpan tetap saja berputar mengelilingi umpanmu” balasku. “Terus bagaimana Viko” jawabnya. “Dia lho sedang ngetes kamu, apakah kamu berusaha buat nangkap dia apa tidak?” jawabku. “Aku sudah berusaha…” ketusnya. ”Heh… kamu berusaha tapi ikan itu belum melihat usahamu” balasku. “Terus bagaimana?” kata dia sambil jengkel. “Gunakan hatimu untuk menangkap ikan itu, bukan dengan akalmu. Bukalah hatimu El, rasakan sendiri bagamana cara menangkap tuh ikan”.

Aku segera memalingkan pandanganku ke Telaga lagi, mengangkat kailku lagi dan lagi-lagi aku belum mendapatkan ikan sedikitpun. “Mending aku Ko, ikannya sudah ada tapi belum dapat daripada kamu tidak ada ikan yang menghampiri umpanmu” kata El. Aku tertawa terbahak-bahak memecahkan keheningan telaga mendengar kata El yang sinis denganku. “Heh El… sebenarnya ada ikan Emas yang cantik yang ingin aku tangkap, lihat ditengah telaga itu dibawah bunga teratai merah. Ada ikan Emas yang cantik, warnanya agak kecoklatan. Aku ingin menangkap ikan tersebut, tapi tali pancingku tidak cukup melempar mata kailku ke tengah telaga tersebut. Aku dari tadi melihat ikan tersebut mondar-mandir kebingungan, dia lari ke pemancing di bawah bambu kemudian lari lagi ke pemancing di bawah pisang. Balik lagi ke pemancing di bawah bambu. Lucu sekali ikan tersebut dengan kebingungannya. Aku ingin menangkapnya”. “Jangan alibi Ko, bilang saja tidak mampu” ejek El. Aku tertawa saja. “Ini tak kasih tali lagi buatmu, tangkap tuh ikan”. “Terimakasih El” jawabku sambil mengulurkan tanganku.

Beberapa saat kemudian, El menunjukkan tanda-tanda jenuh “Ko… aku pindah saja dari tempat ini. Bosan… dari tadi dipermainkan ikan Emas ini”. “El… El… kalau kamu mau pindah ke tempat lain, belum tentu kamu mendapatkan ikan secantik ikan Emas ini. Belum tentu kamu mendapatkan ikan seindah ikan Emas ini. Bisa-bisa kamu mendapat ikan mujair ataupun ikan sepat yang bentuknya hanya warna hitam. Pikir baik-baik….” sindirku. “Ko… aku sudah berusaha buat mendapatkan ikan kecil ini, bagaimana kalau usahaku ini gagal? Betapa ruginya diriku yang menunggu dengan sabar dan berusaha untuk mendapatkannya”.

Aku diam saja melihat dia menggerutu.
“Ko… Boleh tanya?”
“Apa El?”
“Jika aku berusaha mendapatkan ikan tersebut, apakah pasti aku mendapatkannya?”.
Aku diam sejenak memutar kepala agar sanggup menjawab pertanyaan sahabatku itu.
“El… sebelum aku menjawab pertanyaanmu, apa aku boleh tanya kepadamu?” balasku.
“Apa?”
“Kamu dulu bercita-cita menjadi apa?”.
”Jadi dokter Ko…”
“Kok sekarang jadi Insiyur…”
“Gak tahu… emang jalannya begitu. Dah sekarang jawabannya apa?” katanya
“Aku sudah menjawab pertanyaanmu tadi” balasnya.
“Kapan menjawabnya Ko”. El nyengir

“Aku sudah menjawabnya dengan pertanyaan kamu bercita-cita menjadi apa? Kamu menjawab aku ingin bercita-cita jadi dokter tapi sekarang kamu menjadi Insiyur”. “Terus maksudnya apa Ko?” kata El dengan nada jengkel. Aku menjawab pertanyaannya “Setiap usaha pasti akan mendapatkan hasilnya, tapi hasilnya belum tentu kita harapkan. Dulu kamu bercita-cita menjadi dokter, kamu berusaha mengejar cita-citamu tapi belum tentu hasil dari mengejar cita-citamu terwujud tapi ada hasil lain yang lebih berharga buatmu yaitu menjadi insinyur.  Jadi sekarang kukembalikan ke pertanyaanmu tadi, jika kamu berusaha mendapatkan ikan tersebut, apakah pasti kamu mendapatkannya? Jawabannya pasti kamu mendapatkan ikan tersebut, tapi belum tentu ikan yang kamu harapkan itu. Sebagai pengganti dari usahamu ada ikan Emas yang lebih penting dari sebelumnya”. Dia hanya diam mencerna kata-kataku. “Yang penting kamu berusaha terus mendapatkannya dan menunggunya bermain-main di umpanmu ya El”. kata terakhirku…

Aku tersenyum kepadanya, bangga dengan sahabatku itu. Dia berusaha menunggu ikan Emas kecil tersebut, berkorban buat mendapatkannya tapi belum tentu dia mendapatkan ikan tersebut. Tapi suatu saat nanti dia akan mendapatkan hasil yang begitu indah jika dia bersabar, berusaha dan ikhlas.